Kamis, 18 Februari 2010

In Side The Battle Box Of Fort Canning Singapore (Upaya meningkatkan semangat bela negara melalui kunjungan ke museum)

Kita semua setuju dengan kata-kata bijak “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya ”. Semangat ini begitu terasa saat kita mengunjungi museum-museum perjuangan , dimana kita disajikan dengan berbagai informasi yang akurat , tampilan yang menarik serta fasilitas yang optimal yang dapat membuat kita merasa seolah-olah menjadi bagian dalam sejarah tersebut.

Sebuah catatan yang tertinggal saat penulis berkesempatan untuk mengunjungi salah satu museum yang terdapat di Singapura . Fort Canning , begitulah namanya . Sebuah benteng yang berdiri diatas bukit terletak di sebelah tenggara Singapura . Sebelum kedatangan Sir Stamford Raffles pada 1819 tempat ini dikenal dengan nama Bukit Larangan . Disebut demikian karena tempat ini merupakan bekas istana kerajaan Melayu dengan raja Keramat Iskandar Shah . Juga dikenal dengan Government Hiil pada 1859 – 1861 dibangunlah Fort Canning ,berfungsi sebagai toko senjata , barak para prajurit serta rumah sakit ini mengambil nama dari Gubernur Jenderal Viscount Charles John Canning yang merupakan Gubernur Jenderal Inggris serta wakil Raja Inggris di India.

Dalam perjalanannya Fort Canning mengalami berbagai masa dan cerita , salah satunya saat Fort Canning dijadikan Markas Besar British Army disaat Perang Dunia Kedua akhirnya merebak di wilayah Pasifik . Dengan segala fasilitas yang tersedia saat itu , British Army di bawah komando Letnan Jenderal Arthur Ernest Percival mendirikan Komando Malaya guna menahan gerak laju invasi Jepang ke Wilayah Asia Tenggara . Markas Komando bawah tanah yang saat ini oleh pemerintah Singapura di jadikan museum kini lebih dikenal dengan nama The Battle Box.

Seperti museum pada umumnya, Battle Box menyajikan berbagai barang –barang sejarah yang digunakan pada saatnya ketika perang kedua terjadi . Menjadi Markas Besar bawah tanah British Army kita diwajibkan menebus tiket masuk sebesar $ 8 SIN untuk dewasa , Namun dengan harga diatas terbayarkan dengan begitu terasa istimewa dan berbeda tatkala kita memasuki ruangan-ruangan yang merupakan saksi sejarah kala itu . Kita di bawa suasana seolah-olah kita berada di masa yang sama saat sejarah itu berlangsung. Diawali dengan pemutaran film-film sejarah seputar invasi Jepang ke Singapura , setelah itu di pandu oleh petugas museum menuju ruangan-ruangan asli tempat dimana kejadian berada , dilengkapi dengan patung – patung karakter prajurit British Army.

Satu hal yang menjadi terasa sangat membantu pemahaman tentang jalannya sejarah adalah dilengkapinya ruangan – ruangan tersebut dengan headset yang dapat di atur menjadi tujuh bahasa. Headset tersebut secara tersinkronisasi dengan patung-patung karakter menyajikan dialog , suasana serta keadan saat kejadian tersebut berlangsung kala itu. Di Ruangan Olah Yudha misalnya , kita dapat memahami apa yang sedang terjadi serta merasakan suasana hiruk-pikuk ruang olah yudha disaat Jepang melancarkan invasinya ke Singapura , lampu yang hidup mati dan suara ledakan menambah angkernya suasana saat pertempuran berlangsung.
Dalam Battle Box juga ditampilkan suasana debat dan diskusi dalam ruang briefing yang penuh dengan patung para Jenderal British Army di bawah komando Letnan Jenderal Arthur Ernest Percival saat di pagi 15 Februari 1942 akhirnya memutuskan menyerah kepada Jepang.Suasana yang sengaja diciptakan agar para pengunjung paham isi dari perdebatan tersebut dimana dalam debatnya salah satu Panglima tentara Inggris menolak untuk menyerah karena gengsi Ke-Eropa’an mereka yang harus takluk dengan bangsa Asia.

Dari perjalanan ke dalam Battle Box dapat di ambil sari bahwa pemahaman dan pengertian yang baik tentang sejarah perjuangan bangsa dapat menstimulasi semangat bela negara dimanapun itu berada. Banyak hal yang dapat di aplikasikan dari hasil perjalanan kami sebagai upaya meningkatkan kesadaran bela negara mengingat begitu banyak sejarah perjuaang bangsa kita , dengan begitu banyaknya palagan yang terjadi mulai masa pergerakan nasional , masa kemerdekaan , pasca kemerdekaan hingga saat ini.

Pintu Gerbang Fort Canning
Pintu Masuk The Battle Box
Fort Canning
Ruang Operator Radio
Ruang Olah Yudha
Ruang Commander In Chief
Ruang Briefing Saat Proses Pengambilan Keputusan Menyerah Kepada Jepang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar